"Lalee lalee geutanyoe lalee
Hana jan tathee umue ka tuha
Puteh dijanggot kuneng ngen misee...
Hantom ta com be tka musalla..."
Begitulah sepetik syair yang disenandungkan oleh mantan OB yang telah sukses menghipnotis warga ibukota lewat karyanya sebuah kejuaran festival Tari Aceh di Jakarta. Yusri Saleh atau mereka akrab memanggilnya Dekgam ialah merupakan sosok dibalik karya dalam seni Tari yang indah itu.
Awal Mula ke Jakarta
Berawal dari keinginan yang kuat untuk meraih sukses di Ibukota, dengan tekad bulat ia memberanikan diri mengadu nasib di kota besar tersebut dengan harapan bisa memberikan kehidupan yang sedikit lebih baik dari tempat tinggalnya dari pulau paling ujung Indonesia, Aceh.
Ia berangkat ke Jakarta pada saat Aceh menyuarakan referendum pada tanggal 8 November tahun 1999 malam hari. Sekitar hampir 2 juta warga Aceh dari seluruh penjuru daerah pada saat itu berkumpul di ibukota Serambi Mekah tersebut. Tanpa ragu, seorang Dekgam langsung mengambil tiket bus penumpang umum pada malam itu dengan berbekal sedikit uang yang telah dia peroleh dari hasil berkeseniannya di Aceh.
Setibanya di Kota Jakarta, akhirnya dia menumpang pada salah seorang temannya Dek Tek, begitulah dia menyapanya Di kantor Penghubung Propinsi Nenggroe Aceh Darussalam. Temannya DekTek sehari-hari bekerja sebagai Cleaning Service pada saat itu. Di kantor itu pula Dekgam menumpang untuk tidur. Ruang aula dan ruang tamu menjadi ruang tempat tidurnya pada malam hari dengan syarat ia harus bangun lebih pagi sebelum pegawai kantor masuk.
Pekerjaannya di Jakarta
Hingar bingarnya dan kerasnya Kota Jakarta, Selama enam bulan sosok Dekgam harus ikhlas menerima keadaan yang begitu pahit hanya untuk menyambung hidupnya lewat pekerjaannya sebagai tukang cuci mobil yang sedang parkir di kantor itu. Sangat berbanding terbalik dengan harapan yang dipikirkannya saat ia masih di daerah tempat tinggalnya.
Hingar bingarnya dan kerasnya Kota Jakarta, Selama enam bulan sosok Dekgam harus ikhlas menerima keadaan yang begitu pahit hanya untuk menyambung hidupnya lewat pekerjaannya sebagai tukang cuci mobil yang sedang parkir di kantor itu. Sangat berbanding terbalik dengan harapan yang dipikirkannya saat ia masih di daerah tempat tinggalnya.
Berkat kegigihan dalam pekerjaan yang dilakukannya, akhirnya ia diterima untuk membantu membersihkan area kantor tempat yang selama ini sekaligus menjadi tempat istirahatnya tidur pada malam hari atau lebih tepatnya sebagai tenaga Office boy atau Cleaning servis di kantor tersebut. Pada saat itu Ridwan Ahmad, sebagai kepala kantor memiliki program untuk membangkitkan kembali dan mengembangkan lebih luas lagi kesenian Aceh di Jakarta, tepatnya di Anjungan TMII (Taman Mini Indonesia Indah), sebuah lembaga yang ada di dalam kantor Penghubung itu.
Mengenal sosok Dekgam dan temannya DekTe yang memiliki dasar kesenian Aceh, Ridwan Ahmad meminta bantuan dari mereka untuk melatih Tarian Aceh pada hari Sabtu dan Minggu karena hari lain mereka harus melaksanakan tugas rutinnya sebagai Cleaning Service.
Melihat kegigihan dalam berkesenian, tidak butuh waktu lama sosok Dekgam pun dipercaya untuk melebarkan sayapnya mengajarkan tari Aceh di SMA 70 Jakarta pada saat itu. Sekolah tersebut berhasil membawa juara pertama dalam sebuah festival pertunjukan seni tari Aceh di Jakarta. Semenjak itupun, permintaan sebagai pengajar tari di sekolah-sekolah Jakarta terus menerus mulai berdatangan tanpa henti.
Tari yang Terbentuk dalam Perantauan
Tari yang Terbentuk dalam Perantauan
Tari “Ratoh Jaroe”, begitulah sebutannya hasil garapan dan kreasi dari seorang Dekgam. Tari ini berhasil memukau dan menghipnotis penonton diberbagai wilayah di Jakarta. Berangkat dari Tari Saman yang khas dari Aceh, tepatnya tanah Gayo. Dekgam pun berhasil mengkreasikan tari tersebut dan mengolahnya menjadi Tari kreasi baru dengan julukan Ratoh Jaroe. Ditarikan oleh penari wanita dengan posisi duduk sambil bergerak kompak mengiringi musik Rapa-i yang dimainkan oleh sosok Dekgam dengan lantunan syairnya hingga membuat penonton tidak berkedip untuk melihat pertunujukan hebat tersebut.
Sempat menuai protes dari berbagai pihak pelaku seni dari Aceh karena tari ini mirip dengan dengan Tari Saman yang berasal dari Gayo. Dekgam pun melewati diskusi panjang hingga akhirnya terpilih sebuah nama yaitu Tari Ratoh Jaroe sebagai kreasi baru yang dihadirkan oleh Dekgam, sosok yang saat ini diberi julukan “The King of Ratoh Jaroe”.
Berkat kegigihannya melewati proses panjang, Dekgam yang dulunya seorang Cleaning Service kini berubah 180 derajat sebagai pelatih Seni Tari Aceh yang dikenal hampir diseluruh kota Jakarta. Pertunjukan yang ditampilkan bukan hanya di tanah air, akan tetapi negara-negara di Eropa bahkan hampir diseluruh dunia sudah sudah dijelajahinya hanya lewat Tari Aceh tersebut. Good luck “The King of Ratoh Jaroe”.
Dengan kerja keras, berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, ikhtiar dan mau untuk terus belajar dari kesalahan masa lalu, maka tidak ada hal yang tidak mungkin diraih untuk menuju kesuksesan. (Boy Pasee)
News
populer
Dapatkan Tips pertuyulan Setiap Harinya!
- Dapatkan tips dan trik yang belum pernah kamu tau sebelumnya
- Jadilah orang pertama yang mengetahui hal-hal baru di dunia pertuyulan
- Dapatkan sapujagad Gratis: Cara Dapat 200 Juta / bulan dari Ads selain adsense
Belum ada Komentar untuk "DekGAM, Mantan Cleaning Service Yang sukses Membangun Kerajaannya Sendiri Di Ibukota"
Posting Komentar
Catatan Untuk Para Jejaker